Ahmans2006
Sungai kecil itu mengalir di tengah hutan ke sungai yang lain. Airnya selalu bening. Ketika melewati sungai kecil di tengah hutan, beberapa orang-orang mengambil air dari sungai itu dan dimasukan ke dalam botol. Dalam bayanganku, air itu akan dibawa ke rumah, direbus, setelah itu diminum. Namun, tidak demikian air itu langsung diminum begitu saja. Aku agak ragu-ragu untuk meminumnya, tetapi setelah melihat beberapa orang menikmati air di sungai itu, tanpa ragu-ragu aku juga ikut menikmatinya. Bahkan setelah kami tiba di sebuah kampung dan melepaskan lelah, air itu diletakkan begitu saja di rumah panggung. Tatkala kami menikmati hidangan sagu dan pisang, air itu diminum tanpa dimasak lebih dahulu.
Romanus adalah salah satu keluarga yang seringkali datang untuk mengambil air dari sungai. Setiap kali datang, ia selalu membawa beberapa botol air. Botol-botol ini tidak terlalu besar. Bila botol itu sudah selesai, ia datang mengambil air dari sungai ini lagi. Demikian pula warga yang lain, mereka juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Romanus. Di rumah-rumah mereka, hampir tidak pernah dijumpai ember dalam ukuran yang besar, tetapi botol-botol kecil yang warna dan bentuknya sudah semakin tidak jelas. Kadangkala di tengah hutan, mereka membuat aliran kecil dari bambu,sehingga setiap orang yang lewat memudahkan mereka untuk mengambilnya.
Mereka tidak pernah membuang kotoran atau sampah di tengah sungai itu. Romanus bercerita kepadaku bahwa air ini akan mengalir ke sungai yang lebih besar, dan sepanjang sungai itu, masyarakat di desa yang lain akan menikmati air yang sama. Maka seperti suatu kebijaksanaan hidup, mereka tidak akan mengotori air tersebut.
Ketika persediaan air semakin tidak ada, mereka rela berbagi air kepada orang lain. Kegembiraan itulah yang mereka berikan. Meskipun persediaan air tinggal sedikit, mereka masih mau berbagi dengan orang lain. Bagi mereka, seperti sumber air yang memberi dan berbagi kepada sungai-sungai yang lain, dan mengalirkan kehidupan kepada orang lain, maka kehidupan itu akan selalu dirayakan dalam kebahagiaan dengan “memberi”. Romanus berkata, sumber air selalu memancarkan kebeningan, karena sumber air selalu memberi, dan selalu berbagi kepada orang lain. Ke mana air itu mengalir, ia selalu menawarkan sukacita, kepuasaan dan memberikan kedahagaan kepada orang lain.
Mengalirkan kehidupan
Tuhan Yesus menyebut dirinya sebagai sumber air hidup. “Barang siapa datang kepadaKu, dan minum dari sumber air yang Aku berikan ini, dia tidak akan mati, tetapi akan memperoleh kehidupan. Yesus dalam seluruh karya perutusanNya selalu memberikan kelegaan kepada manusia. Ketika Ia mengajar dari desa ke desa Ia selalu membawa warta gembira dan sukacita, sehingga hati setiap orang yang terbuka dan mendengarkan warta gembira mengalami sukacita, dan kegembiraan.
Hati Yesus adalah sumber air hidup yang memberikan kelegaan dan kegembiraan kepada manusia yang siap untuk menerima. Kabar sukacita ini ditawarkan kepada setiap manusia dengan memberikan diriNya sendiri seutuhNya kepada manusia, agar manusia mengalami kebahagiaan. Puncak pemberiaan diriNya adalah melalui penderitaan, hingga wafat di kayu salib. Warta tentang kebangkitan yang dibawah oleh para rasul dan wanita yang mengalami penampakan menimbulkan sukacita, karena Yesus sebagai sumber air hidup tetap tinggal dan hadir di setiap langkah hidup manusia.
Berani Memberi
Confusions mengajarkan sebuah nilai keutamaan bahwa tatkala manusia berani melepaskan dan menanggalkan segala apa yang menjadi keinginannya, dan kelekatan hidupnya ia akan meraih hidup baru. Kelekatan berarti tidak berani untuk memberi yang dimilikinya untuk dibagikan kepada orang lain. Dengan demikian hidup baru yakni hidup yang memberi dan menyajikan santapan kehidupan yang melegakan bagi orang lain tidak dirayakan bersama dengan orang lain, tetapi hanya demi kepuasaan diri sendiri. Anthony De Mello mengatakan hidup yang sejati adalah sikap hidup lepas bebas. Sikap hidup lepas bebas ini memungkinkan manusia meraih arti dan makna hidup yang sebenarnya.
Orang-orang Papua adalah pribadi yang berani untuk memberi. Prinsip hidup mereka adalah seperti sumber air hidup yang mengalir ke mana saja dan menawarkan kesegaran. Demikian pula hidup mereka, dengan memberi air kepada orang lain, meskipun mereka hanya memiliki sedikit, tetapi mampu memberikan kehidupan kepada orang lain. Mereka berani melepaskan dan menanggalkan apa yang mereka miliki dan dibagikan kepada orang lain untuk merebut kelegaan hati yang jauh lebih mewah dari pada membiarkan orang lain menderita.
Perumpaan seorang janda miskin yang memberikan sepeser koin yang dimilikinya di bait Allah mendapat apresiasi dari Yesus adalah contoh paling jelas dalam kitab suci. Yesus memuji janda miskin, karena dia berani memberikan dari kekurangannya dan bukan dari kelebihannya untuk Tuhan. Ia berani memberikan semua yang menjadi jerih payahnya. Keyakinannya yang teguh bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terindah dalam hidupnya. Satu-satunya pedomanan hidupnya adalah berharap dan berpegang pada Tuhan. Iman dan keteguhan akan kepercayaan bahwa kemurahan Allah akan dialami, membuat dia memberikan semuanya untuk Tuhan.
Menikmati kebahagiaan
Tatkala kami pulang, dan melewati sungai itu, Romanus menunjukkan kepadaku bahwa sungai ini menjadi berkat bagi hidup mereka. Sungainya tetap bersih dan bening, dan mengalir kemana saja, dia suka, dan kemana dia mengalir, sungai ini menawarkan dan memberikan kepuasaan bagi orang lain. Hidup itu indah kalau kita mau memberi, seperti sungai yang selalu memberi dan mengalir. Meskipun hanya sedikit tetapi memberi makna bagi hidup orang ini. Aku tidak banyak menanggapi dengan filosofi sederhana yang diajarkan oleh Romanus kepadaku. Aku teringat akan tindakan sederhana yang dilakukan oleh Romanus ketika ia memberikan semua makanannya kepada orang lain saat kami makan bersama di sebuah kampung. Ketika kubertanya apakah masih ada makanan untuk dirinya? Sambil tersenyum ia berkata tidak ada lagi makanan yang lain selain ini. Tetapi “no problem”. Karena kadang kala kami hanya makan sekali saja dalam sehari. Aku baru mengerti bahwa ia telah belajar dari air sungai yang selalu memberi. Memberi adalah sebuah tindakan yang sederhana, namun kedalaman hatinya mengajarkan sebuah keutamaan kemurahan hati. Kemurahan yang memancarkan sukacita dalam dirinya dan dalam diri orang lain yang menikmatinya.
Steven covey, dalam bukunya “ Delapan kebiasaan Baik” memaparkan rumusan yang sederhana namun kaya dengan makna hidup yakni bahwa kebahagian dapat diraih melalui “sikap dan tindakan memberi”. Sikap memberi adalah tindakan “share and give” apa yang aku miliki kepada orang lain, agar orang lain dapat menikmati kebahagiaan. Benar! Seperti apa yang dilakukan oleh janda miskin dalam Injil, dikisahkan bahwa ia memberikan semua apa yang ada padanya kepada Tuhan. Bagi orang lain, tindakan janda miskin adalah sebuah tindakan yang keliru, karena memberi semuanya, lantas untuk dirinya bagaimana? Sebuah pertanyaan yang sangat manusiawi. Tetapi keyakinan yang teguh bahwa memberi adalah menuai kebahagiaan dalam jiwa. Semakin banyak kita memberi, semakin banyak pula kita menuai kebahagiaan yakni menerima. Tuhan Yesus adalah teladan hidup dalam sikap pemberiaan diriNya yang total kepada Allah dan manusia. Meskipun penderitaan dan kesengsaraan yang dialami begitu berat, namun keselamatan manusia menjadi kebahagiaan BapaNya di surga.
Melihat cara hidup orang Papua, kekaguman terberserit dalam diriku. Betapa mereka menghayati sebuah nilai memberi agar mereka dapat menikmati kebahagiaan. Kata-kata Romanus menggetarkan hatiku, betapa penghayatan hidup yang sederhana ini justru menuai kebahagian. Tidak jarang, egoisme dan sikap indivuadualisme menumbuhkan sikap untuk enggan memberi apa yang kita miliki kepada orang lain. Karena memahami memberi berarti mengurangi apa yang telah aku miliki.
Sungai yang mengalir di tengah hutan itu kini menjadi symbol untuk mengingatkan hidup manusia bahwa memberi adalah mengalirkan kehidupan kepada orang lain, agar orang lain dapat merasakan dan menikmati kebahagiaan. Dengan memberi dan mengalirkan kehidupan kepada orang lain, hidup menjadi bermakna dan berarti, karena sumber yang mengalir dalam jiwa manusia terus memancarkan sukacita.
Mans Werang, CM
Pastor Paroki St. Yohanes, Matkomnai, Keuskupan Daru-Kiunga, Western Province, Papua New Guinea
Kiriman dari: Titi (Paroki Maria Bunda Karmel, Jakarta)
To All of You,
Dengarkan Musik Ini
Super Mario Game
INFO SINGKAT
Send texts to over 200 countries with CardBoardFish
Beri Masukan Untuk Kami
|
Minggu, Mei 18, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar