LEWAT PERKATAAN DAN PEMIKIRAN ANDA,
ANDA AKAN MENENTUKAN APAKAH ANDA AKAN
MENIKMATI PERJALANAN ANDA ATAU TIDAK
Saya terbang lagi.
Pada hari Rabu, saya memulai suatu perjalanan yang cepat, non-stop selama sepuluh hari ke Amerika dan Kanada. Dalam sepuluh hari itu, saya akan memberi kotbah di sepuluh kota. Serius. Dari Los Angeles ke San Francisco ke Vancouver ke New Jersey ke Maryland…
Beberapa orang mengatakan pada saya bahwa jadwal saya tidak cocok untuk seorang manusia. Tapi tidak ada masalah dengan itu, sungguh.
Saya pernah melakukan ini, jadi saya tahu rutinnya: Terbang,berkotbah, terbang, berkotbah, terbang, berkotbah… Dan hirup oksigen di sela-selanya.
Jika saya bisa menikmati makanan ringan di sela-selanya, puji Tuhan. Jika tidak, sebuah pisang pun cukup. Sekarang Anda mengerti mengapa saya kurus. Tapi saya kuat. Saya telah menjadi seorang semi-vegetarian selama 14 tahun. Saya juga berolahraga setiap hari. Dan saya mempunyai hidup yang bahagia.
Ke mana pun saya pergi, orang-orang bertanya, “Bagaimana engkau dapat melakukan semua yang engkau lakukan?” Mereka mengatakan kalender saya adalah penyiksaan.
Tidak, bukan begitu. Saya mencintai apa yang saya lakukan.
Jadi bagi saya, kalender saya bukan penyiksaan melainkan suatu petualangan yang seru.
PERINGATAN : ORANG YANG MENGELUH
AKAN MENDAPAT LEBIH BANYAK DARI APA YANG MEREKA KELUHKAN
Suatu hari, saya sedang berdiri dalam suatu antrian panjang di bandara.
Di depan mesin X-Ray, detektor logam, dan staf keamanan yang sudah lelah.
Di belakang saya berdiri seorang pria parobaya yang rambutnya mulai menipis dengan wajah penuh kemarahan, sebongkah batu akan mencair dibawah tatapannya. Ia mencaci, “Sial, saya tidak tahan menunggu. Ini membuat saya gila. Tidakkah Anda benci dengan antrian panjang?”
Saya tersenyum.
Sikap diam saya sudah cukup untuk memberitahunya, “Anda punya pilihan untuk menjadi gembira atau merasa susah.”
Karena pada saat itu, saya merasa gembira.
Karena saya memilih untuk menjadi gembira.
Saya berdamai dengan Tuhan dan diri sendiri dan seluruh alam semesta.
Saya bepergian dengan pesawat ratusan kali dalam setahun dan saya telah lama memutuskan untuk tidak mengeluh soal antrian panjang.
Mengeluh tidak ada gunanya.
Lebih baik, saya menghargai hadiah istimewa yang diberikan antrian panjang pada saya.
Antrian panjang memaksa saya untuk mengobrol dengan seorang teman,untuk membaca buku, untuk merencanakan hidup saya 50 tahun ke depan, untuk berdoa, untuk menjadi betul-betul tidak berguna, dan untuk sama sekali tidak melakukan apapun. Oh damainya!
Jangan mengeluh.
Saya tahu beberapa orang yang mengeluh sebelum perjalanan dimulai.
Dengan melakukan itu, mereka “menciptakan” kesedihan yang akan mereka alami. Karena keluhan mereka menjadi nubuat bagi diri mereka sendiri.
Begitulah cara kerja kehidupan.
DARIPADA MENGELUH
BAYANGKAN BAGAIMANA ANDA INGIN MELAKUKAN PERJALANAN ANDA
Sebelum setiap perjalanan, saya sudah membuat suatu keputusan dan menyatakan, “Saya akan menikmati perjalanan mengagumkan ini.”
Alkitab mengatakan “Hidup dan mati ada dikuasai lidah.” Saya percaya hal itu. Maka sebelum pergi untuk memulai suatu perjalanan, saya mengaku, “Perjalanan saya akan sangat diberkati!”
Saya juga melakukan sesuatu yang saya pelajari dari kejuaraan Olympiade: Dalam pikiran saya, saya membayangkan apa yang saya inginkan terjadi.
Bagian dari pelatihan seorang atlet Olympiade adalah visualisasi. Setiap pagi, bahkan sebelum ia berlari, seorang sprinter (pelari jarak pendek) akan membayangkan rintangan 100 meternya. Ia membayangkan segala sesuatu. Suara tembakan. Lompatan awal. Angin yang terasa di wajahnya. Riuh-rendah suara penonton. Pita garis akhir yang mengenai dadanya. Medali emas di lehernya.
Dan jika hal itu cukup baik bagi para peserta Olympiade, saya pikir hal itu cukup baik pula buat saya.
Maka sebelum setiap perjalanan, inilah yang saya bayangkan…
• Dalam setiap kotbah yang saya berikan, saya bayangkan betapa umat akan menerima kasih Tuhan. Orang-orang akan dikenyangkan secara rohani. Orang-orang akan mengalami Tuhan seperti belum pernah mengalami sebelumnya. Mereka akan merasa sangat diberkati; mereka akan memberitahu teman-teman mereka tentang pengalaman itu. (Petunjuk bagi para Pembicara: Ini yang saya bayangkan sebelum saya memberi
kotbah. Saya tidak melangkah ke mimbar tanpa melakukan ini.)
• Dalam setiap relasi dengan orang lain, saya membayangkan betapa saya belajar dari orang-orang mempesona yang akan saya temui. Saya akan diberkati oleh teman-teman saya, orang-orang yang mengundang saya, dan para penyelenggara setiap acara. Dan saya akan memberkati mereka dengan kasih dan persahabatan saya juga. (Saya menikmati pertemuan dengan semua anggota Kerygma Family di seluruh dunia.)
• Dalam saat-saat tenang, entah berdiri dalam antrian atau duduk di pesawat, saya akan membaca dan menulis dan beristirahat dan berdoa. Saya membayangkan diri saya sungguh-sungguh menikmati saat tenang dan saat hening saya.
• Saya akan tiba di rumah untuk beristirahat, di-“charge” kembali dan diberkati!
Imajinasi saya adalah doa saya.
Saya mengklaim bahwa semua ini akan terjadi di dalam nama Yesus.
HIDUP ADALAH SEBUAH PERJALANAN;
TERSERAH ANDA UNTUK MENIKMATINYA ATAU TIDAK
Ingat: Pengalaman bukanlah apa yang terjadi pada Anda. Pengalaman adalah apa yang Anda lakukan terhadap apa yang terjadi pada Anda.
Setiap hari, Anda semakin mendekati tujuan Anda.
Tujuan Anda adalah Tuhan.
Tapi Tuhan bukanlah hanya suatu tujuan, Ia juga adalah jalan Anda.
Karena itu nikmatilah perjalanan yang disebut kehidupan.
Di setiap langkah dalam perjalanan itu, Tuhan hadir.
Semoga impian Anda menjadi kenyataan,
Bo Sanchez
Terjemahan oleh : Jessica J. Pangestu
Sumber: Milis Bo Sanchez
Kiriman dari: Andreas Andy S. (Paroki Kristus Salvator, Jakarta)
To All of You,
Dengarkan Musik Ini
Super Mario Game
INFO SINGKAT
Send texts to over 200 countries with CardBoardFish
Beri Masukan Untuk Kami
|
Minggu, Juni 22, 2008
Minggu, Juni 15, 2008
e-Brief: SAAT AGAMA TERLIBAT SEPAKBOLA
euro2008[26/05/08 Doni Wahyudi, detiksport] Basel - Sepakbola identik dengan kerusuhan atau minuman keras? Tidak semua seperti itu karena di Austria-Swiss tempat digelarnya Piala Eropa 2008, agama justru dilibatkan. Bahkan ada nonton bareng di gereja.
Demikian inisiatif yang dilakukan beberapa pemuka agama di Swiss demi menyambut Piala Eropa 2008. Meski acaranya bertajuk The Church 08 Campaign, namun tak hanya pemuka agama Kristen saja yang terlibat karena pemuka agama Islam juga diajak berpartisipasi.
"Dunia butuh kedamaian sehingga manusia bisa hidup bersama dengan damai, sesuatu yang belum pasti di dunia ini. Dua pesan utama kami adalah damai dan keramahan," ungkap seorang Pastor Stefan Roth pada Swissinfo.
Rangkaian acara tersebut telah dimulai Minggu (25/5/2008) kemarin yang juga didatangi oleh Menteri Olahraga, Samuel Schmid. Acara akan berlanjut Selasa (27/5/2008) besok dengan acara pertandingan sepakbola antara pemuka agama versus politisi.
Dari pihak pemuka agama akan bermain Muris Begovic, seorang imam di mesjid Kota Schlieren. Sementara dari kubu politisi juga akan diperkuat beberapa wakil dari partai yang berbeda seperti Toni Bortoluzzi dari partai sayap kanan, Swiss People's Party serta Maya Graf dari Green Party.
Rangkaian acara The Churche 08 Campaign akan berlangsung hingga Piala Eropa berakhir. Beberapa gereja di kota Zurich, Geneva, Basel dan Bern bahkan akan buka hingga malam untuk menunjang acara tersebut dengan menyiapkan layar raksasa, tentunya untuk menggelar nonton bareng.
"Kami tidak sedang berusaha menambah jumlah jemaah - kami tahu orang berada di sini karena sepakbola, bukan karena agama. Tapi jika seseorang menemukan hubungan antara Tuhan dalam pekan-pekan ini, itu adalah bonus," lanjut Stefan Roth. ( din / krs )
Sumber:Mirifica News, http://www.mirifica.net
Pengirim: Andreas Andy S. (Paroki Kristus Salvator, Jakarta)
SANTO FRANSISKUS DARI ASSISI
Fransiskus dilahirkan di kota Assisi, Italia pada tahun 1181. Ayahnya bernama Pietro Bernardone, seorang pedagang kain yang kaya raya, dan ibunya bernama Donna Pica. Di masa mudanya, Fransiskus lebih suka bersenang-senang dan menghambur-hamburkan harta ayahnya daripada belajar. Ketika usianya 20 tahun, Fransiskus ikut maju berperang melawan Perugia. Ia tertangkap dan disekap selama satu tahun hingga jatuh sakit. Pada masa itulah ia mendekatkan diri kepada Tuhan. Setelah Fransiskus dibebaskan, ia mendapat suatu mimpi yang aneh. Dalam mimpinya, ia mendengar suara yang berkata, "layanilah majikan dan bukannya pelayan."
Setelah itu Fransiskus memutuskan untuk hidup miskin. Ia pergi ke Roma dan menukarkan bajunya yang mahal dengan seorang pengemis, setelah itu seharian ia mengemis. Semua hasilnya dimasukkan Fransiskus ke dalam kotak persembahan untuk orang-orang miskin di Kubur Para Rasul. Ia pulang tanpa uang sama sekali di sakunya. Suatu hari, ketika sedang berdoa di Gereja St. Damiano, Fransiskus mendengar suara Tuhan, "Fransiskus, perbaikilah Gereja-Ku yang hampir roboh". Jadi, Fransiskus pergi untuk melaksanakan perintah Tuhan. Ia menjual setumpuk kain ayahnya yang mahal untuk membeli bahan-bahan guna membangun gereja yang telah tua itu.
Pak Bernardone marah sekali! Fransiskus dikurungnya di dalam kamar. Fransiskus, dengan bantuan ibunya, berhasil melarikan diri dan pergi kepada Uskup Guido, yaitu Uskup kota Assisi. Pak Bernardone segera menyusulnya. Ia mengancam jika Fransiskus tidak mau pulang bersamanya, ia tidak akan mengakui Fransiskus sebagai anaknya dan dengan demikian tidak akan memberikan warisan barang sepeser pun kepada Fransiskus. Mendengar itu, Fransiskus malahan melepaskan baju yang menempel di tubuhnya dan mengembalikannya kepada ayahnya.
Kelak, setelah menjadi seorang biarawan, Fransiskus baru menyadari bahwa yang dimaksudkan Tuhan dengan membangun Gereja-Nya ialah membangun semangat ke-Kristenan.
Pada tanggal 3 Oktober 1226, dalam usianya yang ke empatpuluh lima tahun Fransiskus meninggal dengan stigmata (Luka-luka Kristus) di tubuhnya.
Tidak ada seorang pun dari pengikutnya yang menyerah dan mengundurkan diri setelah kematian Fransiskus, tetapi mereka semua melanjutkan karya cinta kasihnya dengan semangat kerendahan hati dan meneruskan kerinduannya untuk memanggil semua orang menjadi pengikut Kristus yang sejati.
Santo Fransiskus adalah santo pelindung binatang dan anak-anak. Pestanya dirayakan setiap tanggal 4 Oktober.
DOA ST. FRANSISKUS DARI ASSISI
TUHAN, jadikanlah aku pembawa DAMAI.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi keputus-asaan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa sukacita.
Banyak cerita yang mengisahkan bagaimana St. Fransiskus dari Assisi (1182-1226) dapat berkomunikasi dengan binatang-binatang dan menyatu dengan semua ciptaan.
["disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya"]
Sumber:Mirifica News, http://www.mirifica.net
Pengirim: Andreas Andy S. (Paroki Kristus Salvator, Jakarta)
TAK BISA SEJALAN
Bacaan:
Yak 2:14-24,26
Mzm 112:1-6
Mrk 8:34-9:1
Setiap orang yang mau mengikut Aku, Ia harus menyangkal dirinya (Mrk 8:34)
Pengalaman saya sudah membuktikan bahwa mengikut Yesus haruslah 'eksklusif'. Karena mengikut Yesus dan mengikuti kehendak 'daging' sangat bertolak belakang. Sama tidak mungkinnya seperti kita hendak berada di laut dan di puncak gunung dalam waktu yang bersamaan.
Banyak diantara kita berpikir mengikut Yesus hanyalah pelengkap. Sama seperti pelampung keselamatan pada sebuah kapal feri dan digunakan bila dibutuhkan saja. Atau ada yang menganggap hanya sebagai asesoris yang dikenakan bila sesuai dengan keadaan. Bila pikiran kita seperti demikian, janganlah heran bila kita merasa Allah sangat jauh dan seakan-akan tidak pernah mendengarkan doa kita.
Bila bisa saya illustrasikan, mengikut Allah sama seperti bila kita ingin hidup sehat. Ada 'harga' yang harus dibayar. Jangan berharap akan hidup sehat bila kita tidak pernah mau berolah-raga, maunya hanya makan makanan yang tidak sehat saja, alkohol, merokok, malas-malasan dan lain sebagainya. Menjadi sehat dan makan sembarangan tidak bisa sejalan. Anda harus pilih antara sehat atau kenikmatan lidah sesaat.
Begitu pula dengan Allah. Allah meminta kita untuk menyangkal diri, karena Dia tahu pasti bahwa keinginan manusia pada hakekatnya adalah dosa. Dia ingin masnusia hidup bersama Dia dan FirmanNya karena Dia tahu bagaimana membuat manusia bahagia. Dunia tidak tahu apa-apa mengenai kebahagiaan sejati, yang ada hanyalah tipuan dan kesenangan sesaat. Namun semuanya kembali kepada manusia, mana yang ia pilih...(Al)
Dikutip dari: "Bahasa Kasih",Mei 2008 - Renungan Harian Berdasarkan Kalender Liturgi
Yak 2:14-24,26
Mzm 112:1-6
Mrk 8:34-9:1
Setiap orang yang mau mengikut Aku, Ia harus menyangkal dirinya (Mrk 8:34)
Pengalaman saya sudah membuktikan bahwa mengikut Yesus haruslah 'eksklusif'. Karena mengikut Yesus dan mengikuti kehendak 'daging' sangat bertolak belakang. Sama tidak mungkinnya seperti kita hendak berada di laut dan di puncak gunung dalam waktu yang bersamaan.
Banyak diantara kita berpikir mengikut Yesus hanyalah pelengkap. Sama seperti pelampung keselamatan pada sebuah kapal feri dan digunakan bila dibutuhkan saja. Atau ada yang menganggap hanya sebagai asesoris yang dikenakan bila sesuai dengan keadaan. Bila pikiran kita seperti demikian, janganlah heran bila kita merasa Allah sangat jauh dan seakan-akan tidak pernah mendengarkan doa kita.
Bila bisa saya illustrasikan, mengikut Allah sama seperti bila kita ingin hidup sehat. Ada 'harga' yang harus dibayar. Jangan berharap akan hidup sehat bila kita tidak pernah mau berolah-raga, maunya hanya makan makanan yang tidak sehat saja, alkohol, merokok, malas-malasan dan lain sebagainya. Menjadi sehat dan makan sembarangan tidak bisa sejalan. Anda harus pilih antara sehat atau kenikmatan lidah sesaat.
Begitu pula dengan Allah. Allah meminta kita untuk menyangkal diri, karena Dia tahu pasti bahwa keinginan manusia pada hakekatnya adalah dosa. Dia ingin masnusia hidup bersama Dia dan FirmanNya karena Dia tahu bagaimana membuat manusia bahagia. Dunia tidak tahu apa-apa mengenai kebahagiaan sejati, yang ada hanyalah tipuan dan kesenangan sesaat. Namun semuanya kembali kepada manusia, mana yang ia pilih...(Al)
Dikutip dari: "Bahasa Kasih",Mei 2008 - Renungan Harian Berdasarkan Kalender Liturgi
SEPATU
Sudah agak lama ia memperhatikan sepatu keakungannya. Diletakkan begitu saja di sudut rumahnya. Satu-satunya hadiah dari orang tuanya. Sepatu itu penuh lumpur. Diambilnya kain dan dibersihkannya perlahan-lahan, hingga tampak lumpur yang melekat pada sepatu itu tidak kelihatan lagi. Meskipun ia tahu, kalau dia bepergian, dan harus melewati jalan yang berlumpur dan jalan yang becek, sepatunya pasti akan kotor lagi.
Sepatu adalah satu-satunya sahabatnya. Ke mana saja ia pergi, sepatu itu selalu dikenakan. Tatkala ia melewati hutan, sungai, pergi ke kota, bahkan ke gereja, sepasang sepatu satu-satunya itu selalu melekat di kaki. Kalau hendak pergi tidur, sepatu itu baru akan dilepaskan dari kakinya. Namun, sepatu itu sekarang itu tidak dapat digunakan lagi, tampak sobek di mana-mana. Kini ia tidak memiliki lagi sepatu itu. Ia tidak mempunyai niat untuk membeli sepatu lagi, karena untuk makanan saja sangat sulit. Terkadang ia hanya makan sekali saja dalam sehari.
Ia tidak pernah sedih tidak memakai sepatu ketika datang ke kota, bahkan dia tak pernah malu untuk datang ke gereja tanpa sepatu dan sandal, karena baginya bukan sepatu yang diminta oleh Tuhan, tetapi hati, kerinduan jiwalah yang diminta oleh Tuhan. Demikianlah kisah Simon tentang sepasang sepatu satu-satunya.
Sepatu Berbicara tentang Status
Sepatu berbicara tentang siapa diri kita. Ada orang mengatakan kita memakai hati kita pada tapak kaki. Sepatu adalah indikasi yang paling baik bagaimana orang merasakan dirinya. Bila sepatu yang dikenakan itu indah, bermerek, orang akan dengan mudah mengatakan bahwa orang ini memiliki kedudukan yang tinggi. Bila sepatu yang dikenakan adalah sepatu bot, orang akan dengan mudah berpikiran bahwa pasti dia seorang tentara. Dari sepatu, kita akan mengetahui siapakah dirinya. Kita juga akan dapat mengetahui kepada siapa, ia mengabdi. Maxim Gorky seorang penulis Rusia mengatakan sepasang sepatu bot lebih akan mengabdi kepada kekuasaan dari pada sepasang mata yang hitam. Sepatu itu akan menghentikan kematian yang lebih dini.
Namun sepasang sepatu akan berbicara lain tentang orang Papua. Bagi orang Papua, sepatu adalah barang mewah. Hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki sepatu. Kalaupun mereka menggenakan sepatu, tampak lumpur dan sobek di mana-mana. Karena ada hal yang lebih penting dari sepatu yakni bagaimana mereka bisa makan. Kebanyakan mereka, kecil, tua dan muda ke mana-mana tanpa alas kaki. Mereka sepertinya sudah menyatu dengan kehidupan mereka. Meskipun terik matahari yang menyengat, dan lumpur di jalanan, mereka tetap berjalan tanpa alas kaki. Demikian halnya juga tatkala mereka datang ke gereja menghadiri perayaan ekaristi. Pada umumnya mereka tidak mengenakan sandal, apalagi sepatu.
Keindahan Jiwa
Masyarakat modern memandang sepatu sebagai suatu gaya hidup. Maka orang berlomba-lomba mencari merek sepatu yang terbaik, dan paling mahal. Sepatu memiliki fungsinya masing-masing, tergantung situasi dan tempat. Tatkala orang datang ke tempat umum, sepatunya merek luar negeri, dan ketika datang ke gereja, orang memakai sepatu merek dari negara lain. Orang mengetahui saat kapan harus menggunakan sepatu jenis ini dan sepatu jenis itu. Sedemikian pentingnya sepatu, sehingga berbagai merek sepatu terpajang di rak-rak lemari.
Kenyataan seperti itu tidak ditemukan pada orang Papua. Sepatu jarang ada di rumah mereka, apalagi sepatu yang bermerek. Seperti halnya, di rumahnya Simon yang sederhana. Simon berkisah untuk makan saja sulit, apalagi untuk membeli sepatu bermerek. Namun Simon tak pernah merasa minder karena tidak memiliki sepatu tatkala datang ke Gereja. Ia mempunyai keyakinan bahwa Tuhan tak pernah merasa kecewa dengan dirinya karena kakinya penuh lumpur. Yang Tuhan minta adalah kerendahan hati dari dirinya. “Aku tidak pernah memiliki keinginan yang banyak, harus memakai sepatu yang indah dan bermerek ke Gereja, karena bagiku hati yang selalu bersyukur, karena diberi kehidupan oleh Tuhan. Itu sudah cukup bagiku”.
Taoisme pernah berkata bahwa orang sukar menjadi bijaksana dan suci karena terlalu banyak mempunyai keinginan. Keinginan yang banyak membuat diri manusia terpenjara di dalam dirinya, karena ketika orang itu memenuhi satu keinginan, akan muncul keinginan lainnya, dan seterusnya. Keinginan yang banyak bagaikan sebuah mata rantai yang tak pernah berakhir. Sehingga hidup manusia kehilangan fokus dan arah hidupnya yang sebenarnya.
Simon adalah gambaran wajah orang-orang Papua yang sederhana, tidak mempunyai keinginan yang meluap-luap tetapi memiliki kebijaksanaan hidup. Hidup apa adanya dan mengalir begitu saja, seperti air sungai yang mengalir dari dataran tinggi menuju dataran yang rendah. Ia tetap bening dan cemerlang, karena ia mengalir dalam keheningan dan ketenangan. Kehidupan Yesus adalah cermin kehidupan yang sederhana. Yesus hanya memiliki satu keinginan yakni melakukan kehendak BapaNya di surga. Untuk itu, Yesus memilih cara hidup yang sederhana, lahir di kandang Betlehem yang hina, tidak di tempat yang mewah, bergaul dengan orang miskin yang tidak memiliki apa-apa. Ia datang dalam kesederhanaan, tetapi dari sanalah mengalir kebijaksanaan karena hatiNya yang selalu terbuka kepada kehendak BapaNya.
Dipanggil untuk berkorban
Di kamar kita, mungkin ada bermacam-macam merek sepatu. Kita dapat sesuka hati kita mengenakannya. Bila menginginkan sepatu jenis tertentu, kita dapat pula dengan mudah membelinya. Berbagai tawaran merek sepatu yang terbaik dan termahal dengan gampang juga kita dapat menjangkaunya. Sepatu adalah simbol harga diri kita, karena dari sanapula kita memperoleh pengakuan sosial, dan penghormatan dari orang lain.
Mendengar kisah Simon, terkadang terbersit rasa malu, karena Simon tak pernah merasa takut melewati jalan yang berlumpur, meskipun ia tidak mengenakan sepatu. Sedangkan aku masih merasa takut kalau sepatu yang aku kenakan menjadi kotor kalau melayani orang-orang sederhana dan miskin. Maka aku memilih untuk menghindarinya. Aku memilih jalan yang menyenangkan diriku dan tidak mau peduli dengan orang lain. Simon juga tak pernah merasa malu dan takut ketika datang ke Gereja dengan tidak mengenakan sepatu. Sedangkan aku masih merasa takut, kalau tidak mendapat penghormatan dan penghargaan dari orang lain, saat aku tidak mengenakan sepatu. Itulah cermin wajah manusia jaman sekarang yang lebih melihat penampilan luar dari pada penampilan dari lubuk hati yang terdalam.
Kisah kehidupan Simon membawa permenungan tersendiri, bahwa rahasia cinta Allah tersembunyi dalam hidup orang miskin. Rahasia cinta Allah tersembunyi dalam lubuk hati yang terbuka dan rendah hati. Rahasia hati inilah yang dicari oleh banyak orang, tetapi tidak pernah menemukannya, karena lebih memilih untuk memuliakan tubuh dengan aksesoris luar, dari pada memuliakan jiwa yang terdalam di dalam lubuk hati kita. Tuhan Yesus mengatakan kepada para muridNya bahwa banyak orang mempunyai mata tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga tetapi tidak mendengar. Hanya kepada orang yang dianugerahi sajalah yang mampu melihat dan mendengarkan. Yesus ingin menunjukkan rahasia kebijaksanaan dapat diperoleh, hanya bila manusia selalu terbuka pada kehendak Allah dan rendah hati.
Simon tidak pernah memvonis orang lain yang mempunyai sepatu yang banyak, dan dapat membeli sepatu yang bermerek kalau hendak Gereja. Itu merupakan hak pribadi mereka masing-masing. Ia hanya bercerita tentang kehidupannya yang sederhana dan sepasang sepatu satu-satunya yang tidak dapat dia pakai lagi. Namun dari balik kisah Simon, terungkap sebuah jawaban tentang rahasia hidup damai, ketenangan batin yakni keterbukaan jiwa dan kerendahan hati dihadapan Allah. Yang Allah minta bukan penampilan luar dengan segala aksesoris, tetapi hati yang tulus yang dengan rendah hati datang bertelut di bawah kaki Tuhan, bukan untuk dilayani, melainkan berani melayani, bukan untuk mengharapkan penghormatan dan penghargaan dari orang lain, namun siap menjadi kotor dan berani melewati jalan berlumpur. Di situlah semangat berkorban kita diminta. Berkorban berarti memberi diri bagi orang lain, agar orang lain juga mencicipi kebahagiaan. Semangat inilah yang menjiwai Mother Theresa untuk berkorban memberikan dirinya bagi pelayaan orang miskin. Semangat berkorban ini pula yang membuat Mother Theresa meyakini bahwa hidup yang bahagia adalah hidup yang berani berbagi dan berkorban untuk orang lain. Siapa takut??
Mans Werang, CM
Pastor Paroki St. Yohanes, Matkomnai, Keuskupan Daru-Kiunga, Western Province, Papua New Guinea
Kiriman dari: Titi (Paroki Maria Bunda Karmel, Jakarta)
Langganan:
Postingan (Atom)