Dua hari lalu, saya menghadiri pertemuan dengan Presiden Gloria dan para
pemuka-pemuka agama dari seluruh penjuru negeri (bahkan pemuka agama
Muslim). Dalam pertemuan itu saya berbicara kepada Uskup Ruben Abante,
pimpinan Gereja Baptis di Filipin. Kami membicarakan tentang bagaimana
menyelesaikan masalah-masalah dunia.
pemuka-pemuka agama dari seluruh penjuru negeri (bahkan pemuka agama
Muslim). Dalam pertemuan itu saya berbicara kepada Uskup Ruben Abante,
pimpinan Gereja Baptis di Filipin. Kami membicarakan tentang bagaimana
menyelesaikan masalah-masalah dunia.
Dalam pembicaraan itu Uskup Ruben memberi saya satu kata tentang keluarga
yang menyentak saya. Ia berkata, "Saudara Bo, Alkitab mengatakan dalam
Efesus 5:22-25, 'Hai suami, kasihilah isterimu, dan hai isteri, tunduklah
kepada suamimu.' Pernahkah Anda berpikir mengapa Alkitab tidak
mengatakan, 'Hai isteri, kasihilah suamimu?'"
"Mengapa?" tanya saya.
Uskup menjelaskan pada saya bahwa tanggungjawab untuk mengasihi keluarga
terletak di bahu suami. Isteri dan anak-anak hanya merespons terhadap
kasih itu. Sama seperti yang Alkitab katakan dalam 1 Yohanes 4:19 (ayat
hidup saya) "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita,"
kita merespons terhadap kasih Allah kepada kita.
Apa yang dikatakan Uskup begitu menyemangati saya. Saya mulai melihat
kembali semua keluarga yang berantakan yang datang untuk konseling pada
saya selama 28 tahun hidup saya. Kebanyakan dari mereka (tidak semua)
berantakan karena sang ayah tidak cukup memiliki kasih. Dan saat saya
melihat kembali semua orang yang berantakan yang saya berikan konseling,
saya dapat melihat pola yang sama. Dalam hampir semua orang ini (sekali
lagi, tidak semua), saya melihat kurangnya figur ayah yang penuh kasih
dalam hidup orang tersebut.
Para ayah, Anda mempunyai peranan yang sangat penting dalam hidup isteri
dan anak-anak Anda. Anda harus mengasihi mereka secara aktif – dan mereka
akan merespons.
Tapi Uskup yang baik itu belum selesai. Ia berkata, "Mengapa Tuhan tidak
mengatakan, 'Hai suami, tunduklah kepada isterimu?'"
"Mengapa?" tanya saya lagi.
mengatakan, 'Hai suami, tunduklah kepada isterimu?'"
"Mengapa?" tanya saya lagi.
Ia berkata bahwa begitu kasih itu hadir, ketaatan adalah respons yang
alami. Ia bertanya, "Mengapa ada banyak pemberontakan dan ketidak-taatan
yang terjadi pada anak-anak sekarang ini?" Ia menjelaskan bahwa anak-anak
perlu melihat ibu mereka tunduk kepada ayah mereka sebagai contoh untuk
diikuti. (Kita tidak mempunyai waktu untuk membicarakan tentang
situasi-situasi dimana seorang kepala keluarga tidak mengasihi. Apakah
sang isteri tetap harus tunduk? Saya harap dapat menjawab pertanyaan yang
sulit itu dalam artikel lainnya.)
Tapi saya akan bagikan pada Anda pengalaman saya.
Saya mencintai isteri saya. Saya mencintai secara aktif.
Dan ia tunduk pada kepemimpinan saya. Saya mempunyai visi untuk keluarga
dan saya sedang membawa keluarga saya menuju visi itu – dan ia mendukung
saya.
Namun apa artinya dalam kehidupan sehari-hari?
Apakah berarti saya adalah raja dan ia adalah pelayan saya?
Ya Tuhan, Anda harus berkunjung ke rumah saya.
Karena saya mencintainya, saya ingin melayaninya. Dan karena ia telah
mengikuti jalan saya secara umum, saya menyadari bahwa 90% dari
keputusan-keputusan adalah hal-hal sepele. Karena saya mencintainya,
adalah tugas saya untuk mengatakan, "Ya" kepadanya. Jadi dalam
kenyataannya, saya mengikutinya 90% dari seluruh waktu!
Isteri saya bukan pelayan saya. Ia adalah ratu yang saya manjakan.
Teman, itulah "ketaatan terhadap kepemimpinan dalam pernikahan" dalam
kehidupan sehari-hari.
Dan ia tunduk pada kepemimpinan saya. Saya mempunyai visi untuk keluarga
dan saya sedang membawa keluarga saya menuju visi itu – dan ia mendukung
saya.
Namun apa artinya dalam kehidupan sehari-hari?
Apakah berarti saya adalah raja dan ia adalah pelayan saya?
Ya Tuhan, Anda harus berkunjung ke rumah saya.
Karena saya mencintainya, saya ingin melayaninya. Dan karena ia telah
mengikuti jalan saya secara umum, saya menyadari bahwa 90% dari
keputusan-keputusan adalah hal-hal sepele. Karena saya mencintainya,
adalah tugas saya untuk mengatakan, "Ya" kepadanya. Jadi dalam
kenyataannya, saya mengikutinya 90% dari seluruh waktu!
Isteri saya bukan pelayan saya. Ia adalah ratu yang saya manjakan.
Teman, itulah "ketaatan terhadap kepemimpinan dalam pernikahan" dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan catatan ini saya menyalami Anda – Selamat Natal.
Semoga keluarga Anda dipenuhi dengan kasih.
Para suami, ambil tanggungjawab dalam mengisi keluarga Anda dengan kasih.
Para isteri, dukung dan tunduklah pada suami Anda.
Dan bersama, kita dapat mengisi dunia ini dengan kasih.
Semoga keluarga Anda dipenuhi dengan kasih.
Para suami, ambil tanggungjawab dalam mengisi keluarga Anda dengan kasih.
Para isteri, dukung dan tunduklah pada suami Anda.
Dan bersama, kita dapat mengisi dunia ini dengan kasih.
Bo Sanchez
(Dikutip dari milis Bo Sanchez, terjemahan oleh Jessica J. Pangestu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar