15 Januari 2008 | |
Bacaan: Ibrani 5:1-10 | |
Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,- Ibrani 5:8 |
Kita memang bisa belajar dari keberhasilan atau kesuksesan yang telah kita raih. Namun sejujurnya, kita akan lebih banyak belajar dari kesalahan yang kita buat atau kegagalan yang kita alami, daripada belajar dari keberhasilan atau kesuksesan. Ini fakta yang tak dapat disangkal lagi.
Kapan kita belajar menerapkan pola makan yang sehat, diet yang tepat dan bersedia olahraga? Bukankah ketika kita sudah sangat menderita karena penyakit dan dokter sudah mengancam, “ Kalau Anda tidak mengubah gaya hidup Anda, nyawa Anda akan melayang. Kapan kita belajar untuk memberi perhatian lebih besar kepada keluarga? Ketika melihat keluarga kita kacau berantakan. Jika Anda masih sekolah, kapan Anda belajar giat? Saat hampir tidak lulus! Dalam dunia pekerjaan, kapan kita bekerja lebih giat, lebih serius dan mencoba ide-ide baru? Ketika usaha kita mengalami krisis! Kapan kita belajar memperlakukan konsumen dengan baik? Ketika konsumen lari semua dari kita. Kapan kita belajar berdoa dan berharap kepada Tuhan? Yang pasti, ketika hidup kita sudah diujung tanduk.
Dari contoh-contoh sederhana itu, bukankah bisa disimpulkan bahwa kita sebenarnya banyak belajar dari masalah, penderitaan bahkan musibah? Kita selalu saja bisa mempelajari hal-hal terbaik ketika segalanya memburuk. Itu sebabnya kita perlu berterima kasih kepada musibah atau masalah, karena dari situlah kita akan belajar banyak.
Penderitaan adalah hal yang seringkali dijauhi manusia, tapi uniknya Yesus sama sekali tidak alergi dengan penderitaan. Mengapa? Karena Alkitab berkata bahwa Yesus belajar taat dari apa yang dideritaNya! Apakah Anda sedang menderita? Selamat! Anda akan belajar banyak dari penderitaan itu. Tak perlu lagi merenungi nasib yang malang. Tak perlu lagi mengasihani diri secara berlebihan. Kemungkinan besar, penderitaan ini terjadi dalam kehidupan kita karena Tuhan mengijinkannya. Tuhan ingin agar kita bertumbuh oleh karena kita belajar dari penderitaan itu. Milikilah perspektif atau cara pandang yang positif tentang penderitaan. Jika memang kita bisa belajar banyak dari penderitaan atau masalah, bukankah itu berarti kita perlu berterima kasih ketika masalah datang? Saya banyak belajar dari air mata, Yesus juga, Anda?
(Kwik)
» Renungan ini diambil dari Renungan Harian Spirit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar