To All of You,

Dengarkan Musik Ini

Super Mario Game

INFO SINGKAT

Beri Masukan Untuk Kami

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Selasa, Juli 29, 2008

TIGA MENIT

Dia selalu duduk diam. Sesekali dia tersenyum dan hanya mengatakan good morning, good afternoon dan good night, bila aku menyapanya. Karena Ia tidak bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Ia hanya berbicara dalam bahasa Awim (bahasa daerah mereka). Setiap pagi dia berangkat dari rumahnya dengan jalan kaki. Di kepalanya disangulkan tas (bilum) dengan berbagai macam barang dan bergegas ke tepi jalan untuk menjajakan barang dagangannya. Tidak terlalu banyak barang dagangannya, hanya beberapa pak rokok, korek api, jenis umbi-umbian dan sirih pinang. Ia tak memiliki tempat berteduh, selain payung yang ditancapkan begitu saja pada tanah dan dia duduk dibawahnya dengan barang dagangnnya. Setiap mobil yang lewat di tepi jalan tak henti-hentinya dia tersenyum dan melambaikan tangan. Ketika hari sudah menunjukkan jam 12, dia mengemaskan barang dagangannya, kembali ke rumahnya untuk makan siang dan melepaskan lelah sejenak bersama dengan anak-anak dan cucu-cucunya. Jam dua siang, dia akan kembali lagi menjajakan barang dagangannya. Demikianlah kesehariaan hidup Ari Linda. Umurnya kira-kira 70 tahun. Nama ibu itu sebenarnya Linda, tetapi karena dia sudah tua, di depan nama Linda diberi nama Ari. Nama “Ari” hanya dikenakan pada ibu-ibu yang sudah memasuki usia senja. Tepatnya mereka yang sudah menjadi nenek.

Ari Linda hidup sangat sederhana, tetapi seorang yang saleh. Dia selalu terlibat dalam semua bentuk kegiatan rohani. Suatu saat, kami mengadakan sharing kitab suci, “metode tujuh langkah”. Metode ini pertama kali kami adakan. Kami membuat liturgi yang menarik. Kami duduk membentuk lingkaran. Sedangkan di tengah-tengahnya diletakkan salib, lilin, kitab suci, dan jenis makanan khas mereka, pisang, sagu dan umbi-umbiaan. Saat sharing kitab suci, semua yang hadir tidak ketinggalan untuk menceritakan pengalaman hidup dan iman mereka, tak terkecuali Ari Linda. Saat Ari Linda berkisah tentang pengalamannya, beberapa orang berkata “drinu” artinya benar apa yang dikatakannya. Aku tidak memahami satu kata pun apa yang dikatakan oleh Ari Linda. Namun aku penasaran dan mencoba mencari penjelasan. Aku mendapat informasi dari penerjemah bahwa setiap malam Ari Linda menghabiskan waktu 3 menit untuk bertemu dengan Tuhan. Sederhana saja yang dilakukannya; menit pertama, ia mencoba merenungkan apa yang membuatnya merasa bahagia hari ini. Ia mulai merenungkan bahwa ternyata banyak pembeli yang datang ke tempat dagangannya. Melihat cucu-cucunya yang memang lucu-lucu dan menyenangkan. Ia berkata kepada Yesus tentang kegembiraan ini. Dan akhirnya ia mengucap syukur atas pengalaman kegembiraan kecil hari ini. Menit yang kedua, ia merenungkan bahwa seharian ini, kadangkala ia kurang sabar, dan kurang memberi perhatian kepada anak-anaknya. Dia katakan kepada Yesus tentang kelemahannya dan meminta Yesus untuk mengampuni segala dosanya. Akhirnya menit yang ketiga, dia melihat untuk keesokkan harinya. Ia berpikir bahwa akan menghadapi banyak kesulitan, karena harus pergi ke kota untuk belanja barang dagangannya. Dan terkadang takut barang dagangannya tidak laku. Dia berbicara kepada Yesus tentang masalah ini, dan meminta penerangan dan kekuatan dari tanganNya.

Doa Ari Linda yang sangat sederhana membuat aku terkesima, betapa kedalaman hatinya terpancar sukacita dan kegembiraan yang mendalam, karena relasi yang akrab dengan Tuhan. Tuhan memberikan hati seorang “Ari” yang selalu tekun dan berani berbagi tentang pengalaman iman yang sederhana, tetapi memberikan penerangan hati bagi siapa saja termasuk aku.

Masuk dalam Relasi
Menyimak kehidupan Yesus dan perutusananNya, jelas bahwa Yesus selalu mengajak para muridNya untuk meluangkan waktu untuk berdoa. Setelah berkeliling dari desa ke desa mengadakan mujisat, menyembuhkan orang sakit, dan memberi makan kepada banyak orang, Yesus datang dan berdoa kepada bapaNya. Rasa lelah, capek, dan sibuk dengan karya perutusanNya bukanlah alasan untuk tidak berdoa kepada BapaNya. Doa adalah kekuatan dan sumber pengharapan dan kegembiraan Yesus dalam karya perutusanNya. Tidak jemu-jemunya dia berdoa dan mohon kekuatan dari BapaNya, bahkan saat di kayu salib, Dia masih berdoa dan meminta kekuatan dari BapaNya.

Namun, di lain kesempatan Yesus mengeritik kebiasaan doa dari orang-orang Farisi sebagai orang yang munafik, karena mereka berdoa di sudut-sudut jalan, dengan jubah yang panjang-panjang, tampak saleh, tetapi dengan suatu motivasi yang terselubung supaya dilihat orang dan tampak sebagai orang yang beragama. Yesus berkata, kalau engkau berdoa masuklah ke dalam kamarmu dan berdoalah di tempat yang tersembunyi, karena BapaMu yang berada di tempat yang tersembunyi akan mengetahuinya. Yesus mengajak para muridnya untuk memiliki kebiasaan berdoa. Doa bukan karena supaya mendapat pujian, atau keinginan untuk mendapat penghargaan dari orang lain karena dilihat sebagai orang saleh, tetapi doa adalah suatu pengalaman masuk dalam relasi yang pribadi dengan Allah. Doa adalah suatu kebutuhan untuk menjalin relasi yang akrab dengan Allah. Dengan masuk dalam relasi yang mesra dengan Allah, maka kekuatan dan cinta Allah itu dapat dirasakan dan dialami.

Setelah Yesus pergi kepada BapaNya di surga, para murid menyadari arti pentingnya berdoa. Mereka mulai berkumpul bersama, berbagi pengalaman imannya, dan berdoa bersama. Doa menjadi suatu kekuatan dan sumber pengharapan mereka. Stefanus, adalah salah satu contohnya. Menghadapi penderitaan, hingga dirajam sampai mati, ia berdoa kepada Yesus agar dikuatkan imannya dalam menghadapi segala bentuk penderitaan. Stefanus mengerti dengan benar, doa membuat dia berani untuk memberi kesaksiaan tentang kebenaran, dan cinta Allah. Rasul Petrus juga juga mengalami doa sebagai sumber kekuatan dan pengharapannya. Ketika ia mengalami begitu banyak penderitaan, dan akhirnya ditangkap dan harus berada di penjara. Ia berdoa, dan akhirnya malaikat Tuhan datang membantu dia membuka terali besi, sehingga dia bisa keluar dari penjara dengan bebas. Pengalaman Yesus dan para muridNya menunjukkan kepada kita, doa adalah sumber kekuatan bagi seseorang. Tanpa doa, manusia kehilangan kekuatan cinta.

Berkanjang dalam Pengharapan
Memupuk kebiasaan berdoa bukanlah hal yang mudah bagi orang jaman sekarang. Kesibukan kita kian menyita waktu untuk membangun relasi yang akrab dengan Tuhan. “Aku tidak mempunyai waktu untuk berdoa”. Tidak ada gunanya aku berdoa siang malam, toh Tuhan tak pernah mengabulkan permohonanku. Bagaimana aku bisa berdoa, aku harus mengurus banyak hal dengan tugas-tugasku. Demikian alasan klasik yang seringkali kita katakan. Yang terjadi adalah kesempatan untuk membangun relasi dengan Allah menjadi hilang. Sehingga makna dan arti hidup menjadi bias. Hidupku menjadi tidak berarti, karena makanan bagi santapan jiwa tidak terpenuhi.
St Vinsensius mempunyai pengalaman tersendiri tentang doa. Dia berdoa kepada Tuhan dengan rumusan yang sederhana tetapi kaya. “Tuhan berilah aku seorang pendoa, maka semuanya dapat aku lakukan”. Vinsensius menyakini bahwa doa adalah sumber kekuatan bagi seorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Dengan doa, kita dapat melakukan apa pun juga yang bagi kita tidak mungkin menjadi mungkin. Karena kita bekerja dengan kekuatan yang datang dari Allah, bersumber dan mengalir dari Allah. Karya-karya besar yang dilakukan oleh St. Vinsensius dapat berjalan dengan baik karena kekuatan doa yang mengalir padanya. Demikian halnya St. Igantius Loyola berkata, doa adalah nafas hidup kita. Seperti kita menghirup udara dan memberikan kehidupan bagi setiap orang, demikian halnya juga dengan doa. Tanpa doa, atau tanpa nafas, kita akan kehilangan kehidupan. Doa adalah sumber pemberi dan santapan jiwa yang memberikan kelegaan dan kegembiraan bagi setiap orang. Sedemikian pentingnya doa, St. Agustinus berkata kepada Tuhan setelah mengalami pertobatan “Jiwaku tidak dapat tenang, sebelum aku beristirahat dalam damaiMu Tuhan”. Ungkapan ini melukiskan kedalaman kerinduaan St. Agustinus akan relasi yang mendalam dengan Tuhan untuk merebut kelegaan jiwa. Apa yang dilakukan oleh mereka adalah bukti bahwa berkanjang dalam doa mendatangkan kegembiraan, kekuatan, dan kedamaian di hati.

Kelegaan Hati
Dalam doa, sering kita mengalami pergumulan dengan Tuhan. Suatu saat, di mana kita mengalami kemandekan dalam doa, kecewa dengan Tuhan karena doa-doa kita tidak belum terkabul, putus asa, kisah tentang kehidupan doa Ari Linda memberikan pengharapan baru bagi kita untuk terus membangun relasi dengan Tuhan. Ari Linda mempunyai rumusan yang sangat sederhana untuk merebut kelegaan hati melalui doa dalam tiga menit. Menghabiskan waktu dalam tiga menit untuk berdoa sebelum merebakan tubuh bukanlah sesuatu yang sukar atau sulit untuk kita jalankan. Tiga menit sungguh-sungguh akan memberikan kelegaan hati di dalam jiwanya, karena seperti kata St. Agutinus, jiwa kita dapat tenang, karena beristirahat dengan damai dalam Tuhan.
Dalam doa, memang ada saat-saat di mana luapan sukacita yang mendalam yang kita alami dan rasakan. Akan tetapi tidak jarang pula kekosongan dan kehampaan yang kita rasakan di dalam doa. Kadangkala pula pandangan hati kita tidak lagi terarah kepada Tuhan. Bila kita tetap berdoa, meskipun mengalami kekosongan yang kita rasakan, Tuhan akan memberikan apreasiasi atas perjuangan kita.
Ketika kembali ke kamarku, aku merenungkan apa yang disharingkan oleh Ari Linda kepada kami. Benar! Doa seharusnya menjadi nafas bagi hidupku. Setiap menit, adalah saat-saat merasakan dan mengalami cinta Tuhan. Ketika lelah menghinggapi hidupku, kejenuhan dan kebosanan datang dalam banyak rupa, aku hanya datang kepada Tuhan, dalam tiga menit, melihat kembali saat-saat kebahagian yang aku alami, aku syukuri, saat-saat di mana aku lalai dengan tugasku, karena kelemahan pribadiku, aku minta maaf, dan saat-saat di mana ada rasa takut, cemas yang menghantuiku, aku minta kepada Tuhan untuk memohon penerangan dan bimbingan dari ROh Kudus. Cara sederhana yang diajarkan oleh Ari Linda ternyata memberikan kelegaan dalam diriku. Saat-saat di mana doaku semakin kering, saat di mana aku mengalami kekosongan, aku selalu berusaha untuk datang bertemu dengan Tuhan. Karena yakin, Tuhan tetap memberi apresiasi atas perjuanganku. Nasihat yang sederhana dan bijaksana dari Ari Linda, tetaplah berkanjang dalam doa memberikan kelegaan hati bahwa Dalam situasi apapun tetaplah berdoa dan berharap kepada Allah.

Mans Werang, CM
Pastor Paroki St. Yohanes, Matkomnai, Keuskupan Daru-Kiunga, Western Province, Papua New Guinea

Kiriman dari: Titi (Paroki Maria Bunda Karmel, Jakarta)

Tidak ada komentar:

Chat on MSN, YAHOO, AIM with eBuddy