To All of You,

Dengarkan Musik Ini

Super Mario Game

INFO SINGKAT

Beri Masukan Untuk Kami

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Rabu, November 05, 2008

MALAM DEVOSI MARIA III


Saya bersama dengan Pak Hendro mengikuti acara Malam Devosi Maria III pada hari Jumat, 31 Oktober 2008 bertempat di XXI Ballroom, Djakarta Theatre Complex yang berlangsung dengan acara ramah tamah, santap malam, Devosi, penggalangan dana dan diakhiri dengan berkat penutup oleh Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM.
Acara ini diselenggarakan oleh Mitra Komisi Liturgi KWI dengan ketua panitia acaranya adalah Ibu A. Lily Widjaja.


Mitra Komisi Liturgi KWI (Mitra Komlit) yang diketuai oleh Bapak Agustinus Santoso adalah sekelompok awam Katolik yang peduli dan penuh komitmen membantu karya dan program kerja Komisi Liturgi KWI.
Mitra Komisi Liturgi KWI mempunyai misi membantu dan mendukung program kerja Komisi Liturgi KWI bagi pengembangan liturgi di Indonesia serta menggalang dana guna mensukseskan karya pelayanan Komisi Liturgi KWI. Salah satu karya Komisi Liturgi KWI yang dibantu Mitra Komlit yang sudah berjalan adalah penerbitan Majalah LITURGI. Majalah ini didistribusikan ke semua paroki di seluruh Indonesia.


Devosi dibuka dan dijembatani dengan aksi monolog Butet Kartaredjasa, lagu dan pujian persembahan Trie Utami, Maria Mama Mia, Kia AFI, Gratia Voice, Gerak tari dari Ratna Ully Dancer dan Vicky Sianipar Ethnic Band.


Kolaborasi dan aksi panggung yang apik para seniman tersebut mengingatkan dan menggugah perasaan terlebih introspeksi diri sejauh mana cinta dan kasih serta perhatian kita kepada sesama terutama kepada keluarga dan anak-anak kita yang kita kasihi. Seraya berdoa kepada Tuhan melalui pertolongan Bunda Maria untuk kita dapat meneladani kesetiaan Maria dari awal hingga akhir menemani Yesus dan mewujudkan rencana Allah, meskipun hancur hatinya melihat Anaknya yang harus menanggung derita dengan dihina, disiksa dan wafat di kayu salib.


Demikian Maria bagi umat Katolik sungguh berarti, dihormati dan diteladani karena peranannya yang luar biasa sebagai anggota keluarga kudus Allah dalam mengiringi Puteranya mewujudkan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan karena maut/dosa. Kini jalan keselamatan itu sudah ditawarkan oleh karena inisiatif yang berlandaskan kasih dari Allah Bapa dan kita sebagai manusia diberikan pilihan.






Kiriman: Andreas Andy S. & Petrus Hendro (Paroki Kristus Salvator)

Minggu, November 02, 2008

CERITAKAN ALLAH KEPADAKU

Oleh: Pastor Mans Werang, CM
Pastor Paroki St. Yohanes, Matkomnai, Keuskupan Daru-Kiunga, Western Province, Papua New Guinea

Sudah beberapa jam speed boat yang kami tumpangi berusaha untuk melaju, tetapi tidak ada tanda-tanda untuk ia bergerak maju, karena mesin motor tidak berfungsi dengan baik, dan harus berhadapan dengan arus sungai yang sangat kencang. Beberapa kali, kami merapat ke tepi untuk memperbaiki mesin motor yang tidak mempunyai tenaga untuk menggerakan speed boat. Ketika berhadapan dengan arus yang lebih kencang, kami terpaksa harus turun dari speed boat, dan perlahan-lahan mendorong melawan arus, bahkan ada beberapa diantara kami yang harus menarik speed boat dengan tali melintasi arus sungai. Rasa lelah, dan lapar tidak membuat kami putus asa untuk membawa salib dan gambar bunda Maria ke sebuah paroki di atas bukit. Untuk sampai ke paroki itu, kami harus melewati sungai dengan arus yang sangat keras. Rasa lelah berubah menjadi keceriaan tatkala ribuan kupu-kupu putih melintasi dan berarak bersama kami. Mereka sepertinya sedang menari, dan ikut berjuang bersama-sama dengan kami. Kupu-kupu itu sepertinya memberikan kegembiraan kepada kami. Kadang mereka mendarat di speed boat, dan beberapa diantara kami sibuk untuk menangkap dan mengumpulkan kupu-kupu putih tersebut. Kata mereka, kupu-kupu itu akan dikumpulkan dan dimakan. Sementara itu sepanjang aliran sungai, ribuan kupu-kupu, ada yang sedang terbang, ada yang sedang bermain-main di atas sungai. Salah satu diantara mereka berkata kepada aku; father, Allah juga ikut berjuang bersama kita untuk melawan arus sungai ini. Aku hanya menjawab “I think so”. Ia berkata lagi; Allah datang menemui kita, dalam keindahan kupu-kupu putih ini.

Setelah sekian lama melawan arus, kami akhirnya tiba juga di sebuah hutan, dan berlabuh di sebuah sungai kecil. Beberapa penduduk di sekitar itu sudah datang menyambut salib dan gambar bunda Maria yang kami bawa. Kami berjalan kaki lagi menuju sebuah kampung. Kampung itu letaknya di atas bukit, dengan pemandangan yang sangat menawan. Kurang lebih satu jam kami tiba di paroki itu. Hari sudah menjelang malam saat itu. Di depan pintu masuk kampung, sudah banyak umat berkumpul untuk menyambut salib dan gambar bunda Maria. Mereka berdoa dan menyanyikan lagu Maria. Beberapa kaum muda dari paroki kami menyerahkan salib kepada mereka. Dengan keceriaan, mereka membawanya menuju gereja. Salib dan gambar bunda Maria diletakkan di depan altar, dan semua orang yang datang menyaksikan dan memberi penghormatan kepadanya.

Cinta Allah
Dalam kesaksian hidup mereka, mereka membagikan pengalaman yang berharga bahwa Allah datang menemui dan mengunjungi mereka. Meskipun hidup di sebuah dunia yang sangat jauh dari keramaian, dengan akses tempat tinggal yang sangat jauh dari kota, dan sulit, tetapi Allah sendiri tetap memperhatikan hidup kami. Dia datang menemui kami di daerah ini. Umat yang tinggal di kampung itu semuanya beragama katolik. Sebagai ungkapan sukacita dan kegembiraan bahwa Allah datang menemui mereka, mereka berdoa dan memuji kebaikan Allah. Mereka datang membuat baris, sambil kepalanya tertunduk, masing-masing mulai dari yang kecil sampai yang tua, maju ke depan berlutut dan menyentuh salib, merangkul salib dan bunda Maria, sebagai ungkapan terima kasih atas rahmat yang boleh mereka terima. Aku berdiri di belakang mereka sambil memandang mereka melakukan tindakan yang serupa. Dalam hati kecil aku, ada kekaguman bahwa cinta Allah pertama-tama bukan karena usaha atau prestasi dari manusia, tetapi karena semata-mata rahmat dari Allah. Aku dapat mengalami Allah, bukan karena usaha aku, tetapi karena usaha dan inisiatif dari Allah yang datang menemuiku. Disinilah cinta Allah tidak pernah terungkap, dan cinta yang paling jelas itu dalam diri Yesus, yang datang sebagai manusia, solider dengan manusia, agar manusia dapat mengalami kasih Allah secara penuh.

Mencari Allah
Dalam Injil dikisahkan tentang Zakeus, seorang pemungut Cukai. Sebagai pemungut pajak ia masuk dalam jajaran pegawai dari kekuasaan bangsa Romawi. Kehadirannya tidak disukai oleh kebanyakan orang, bukan karena ukuran badannya yang pendek, tetapi karena kehadirannya membuat banyak rakyat menderita. Sebagai pegawai pajak, ia memungut lebih uang yang seharusnya diberikan untuk membayar pajak. Kelebihan uang ini dipakai untuk kantong pribadinya. Dengan kata lain, ia memeras dari rakyat. Sudah pasti, dia tidak disenangi oleh kebanyakan orang, dan dianggap sebagai orang berdosa. Dalam situasi yang terpuruk, justru ia berusaha mencari Allah. Ketika suatu saat Yesus datang ke kotanya, dia juga tidak ketinggalan untuk datang melihat Yesus. Namun, karena banyak orang yang mengelilingi Yesus, dan ukuran badannya yang pendek membuat dia kesulitan untuk melihat bagaimana rupa dari Yesus. Zakeus tidak kehilangan akal, dia lalu memanjat pohon supaya dapat melihat Yesus yang sedang berada di tengah kerumunan banyak orang. Ia berusaha mencari wajah Allah dalam diri Yesus. Ia mencari Yesus karena kerinduannya yang sangat besar untuk mengalami cinta dari Yesus seperti pengalaman dari kebanyakan orang yang mengalami penyembuhan. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya, Yesus datang menemuinya. Di tengah kerumunan begitu banyak orang, Yesus justru lebih tertarik untuk melihat seorang pribadi yang sedang mencarinya, yang berada di atas pohon. Sesuatu yang tidak biasa. Yesus tidak hanya memandang dia, tetapi justru berbicara dengan Zakeus, dan berkata, bahwa dia ingin bertamu di rumahnya. Tentu Zakeus begitu kaget, heran, dan bahagia. Ia heran, karena sebagai orang berdosa, di mata banyak orang, Yesus berbicara dengan dia. Ia bahagia, karena Yesus mau datang ke rumahnya dan makan di rumahnya. Sesuatu kegembiraan yang meluap di hati Zakeus.

Pengalaman Zakeus menunjukkan dengan jelas bahwa rahmat Allah yang kita terima bukan semata-mata prestasi kita, bukan juga karena usaha keras kita, melainkan karena semata-mata rahmat Allah. Tuhan sendirilah yang datang menemui dan bertamu di dalam rumah kita. Ketika pencarian kita tentang Allah dengan usaha dan jerih payah yang melelahkan, tidak pernah kita temukan. Saat-saat seperti itulah Tuhan datang kepada kita dan bertamu di dalam rumah kita. Tuhan mengetahui segala apa yang sedang menjadi kegalauan hati kita.

Membuka hati disapa
Ketika kami kembali dari paroki di atas bukit itu, hati kami dipenuhi dengan keceriaan. Kami tidak lagi berjuang melawan arus. Kupu-kupu putih yang berarak mengantarkan kami juga sudah tidak ada lagi. Yang ada adalah ketenangan. Salah satu anak muda berkata kepada aku, father, Tuhan kemarin datang berjuang bersama kita, Dia datang menemui kita yang sedang kelaparan, ketika kita lelah, capek, lapar, justru Dia datang menemui kita dalam semerbak ribuan kupu-kupu putih. Father, “ aku baru melihatnya ini pertama kali” kata dia lebih lanjut. Di kampung kita tidak ada kupu-kupu seperti itu, sungguh-sungguh rahmat yang mengagumkan.

Hidup saat ini adalah bukan suatu yang mudah. Kita hidup dengan suatu idealisme untuk mengejar kekayaan, prestasi, dan mengira itu semua memberikan kebahagian. Kadang kita harus berhadapan dengan arus kehidupan yang sangat kencang. Berbagai kegagalan, pengalaman pahit menghadang kita. Semangat hidup kita tidak ada lagi, ketika antuasisme meredup, karena berbagai kesulitan yang kita alami. Saat-saat seperti itu terkadang kita putus asa, dan tidak mengetahui apa yang harus kita lakukan lagi. Bahkan, termasuk mencintai orang-orang yang disekitar kita pun, kita abaikan begitu saja. Kehadiran Allah yang menyapa kitapun dalam pengalaman keseharian kita tidak kita rasakan lagi. Namun, seperti pengalaman Zakeus dan orang-orang Papua, Tuhan justru sedang berjuang bersama-sama kita. Tuhan tidak pernah membiarkan kita melawan badai kehidupan seorang diri, karena Dia menginginkan kita mengalami keselamatan, dan kebahagian dalam hidup ini. Yang terpenting adalah membuka diri untuk disapa dalam berbagai peristiwa ini, karena kehadiran Tuhan tidak pernah kita duga.

Merenungkan kembali pengalaman itu, aku terbawa dalam pergulatan untuk mengenal lebih dekat pribadi Yesus. Yesus adalah seorang pribadi yang mengagumkan. kehadiranNya membawa kebahagian bagi setiap orang yang membuka hatinya. Siapun pribadi kita dengan segala kelemahan, dan keterbatasan, dengan segala kerapuhan dan dosa kita, Tuhan tetap datang menyapa dan menemui kita. Apapun situasi kita, dia datang berjuang, dan berjalan bersama kita. Dia tidak pernah menunggu, apalagi menunda tetapi datang menemui kita. Yang terpenting adalah membuka hati kita untuk menerima rahmat dari Allah. Selanjutnya mewujudkan cinta Allah dengan mencintai setiap orang yang ada di sekitar kita, terutama orang-orang yang membutuhkan uluran tangan dari kita. Saat di sanalah kita akan bertemu dengan Allah sendiri. Tidak ada ruang untuk menunda dan berhenti untuk mencintai, karena Allah adalah cinta itu sendiri. Kita telah mengalami dan menikmati hidup ini, karena semata-mata cinta yang datang dari Allah, bukan karena prestasi kita, tetapi karena kemurahan Allah. Cinta dan rahmat Allah inilah yang telah aku dengar bahwa Allah adalah Allah yang berani memberi tubuh dan darahNya bagi manusia. Allah adalah pribadi yang berani menderita, memikul salib yang berat, hingga wafat di kayu salib, hanya karena cinta kepada manusia. Allah adalah pribadi yang mengalahkan maut, agar aku semakin mengimani Dia bahwa DIa adalah Allah yang hidup yang menyertai setiap langkah hidup kita. Inilah rahmat Allah yang kita alami selama pekan suci.


Kiriman dari: Titi (Paroki Maria Bunda Karmel, Jakarta)

Chat on MSN, YAHOO, AIM with eBuddy