To All of You,

Dengarkan Musik Ini

Super Mario Game

INFO SINGKAT

Beri Masukan Untuk Kami

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Kamis, September 18, 2008

MENGENAL SIMBOL "TAU"



TAU merupakan simbol yang dikenal di dunia ini yang mempunyai ciri khas Kristiani - Fransiskan. TAU ini merupakan huruf terakhir dalam abjad bahasa Hibrani dan huruf tengah dalam bahasa Yunani. TAU juga digunakan sebagai tanda tangan St. Fransiskus.

Dalam Kitab Perjanjian Lama: Kitab Keluaran menjelaskan bahwa rumah yang pintunya ditandai darah anak domba dilewati oleh Tuhan atau tegasnya rumah yang pintunya ditandai darah anak domba, anak sulungnya tidak dibunuh oleh Tuhan (Kel 12:7. 13.22-23). Sedangkan dalam Kitab Nabi Yeheskiel, T merupakan tanda bagi orang yang terpilih. Mereka yang ditandai dengan huruf T pada dahi merupakan orang yang terpilih, yang berada dalam perlindungan khusus dari Allah (lih.9:4-6). Dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam Kitab Wahyu, Allah memberikan meterai pada dahi sebagai tanda keselamatan yang definitif (Why 7:2-3; 9:4; 14:1). T bentuknya menyerupai Salib Kristus karena itu sejak dulu T merupakan simbol salib, tanda keselamatan dan berkat.

Dalam tradisi Fransiskan, Santo Fransiskus pertama-tama menggunakan TAU sebagai tanda pertobatan dan pembaharuan diri, mengikuti jejak Kristus dan kasihnya pada salib. Kerapkali Santo Fransiskus menggunakan TAU sebagai tanda tangan pada surat-suratnya sebagai tanda meditasi dan berkat. Misalnya surat kepada Saudara Leo. Melalui tanda TAU yang ditulisnya pada kertas atau yang tertera pada dahinya, Santo Fransiskus menyelamatkan banyak orang (bdk Thomas Celano, second Life bagian II bab XX dan LXXII; Thomas Celano,The Treatise of Miracles bagian II.3, bab XVII.59; Santo Bonaventura, Major Life of St. Francis, prolog 1; bab IV.9 dll).

Bagi para pengikut Fransiskus yakni para putera dan puteri Fransiskan, TAU merupakan warisan Fransiskus yang mendorong mereka untuk mengikuti ajaran dan teladan Tuhan kita Yesus Kristus dan setiap hari memikul salib Tuhan kita Yesus Kristus.

Dalam tulisan yang singkat ini kami berusaha memperkenalkan TAU, yang dipakai oleh para pengikut St. Fransiskus Asisi, dengan harapan agar pembaca dapat mengenal TAU dan mencintainya, menjadikan TAU sebagai salib yang menjadi lambang, tanda dan sarana keselamatan Allah.

Ordo Saudara-saudara Dina (OFM)
Provinsialat:
Jl. Kramat 5 No.10, Jakarta Pusat
Tel/Fax : 021-3101940



Sumber: Brosur informasi yang menyertai pemberian kenang-kenangan dari Pastor Robby Wowor OFM untuk peserta Kursus Kitab Suci di Paroki/Gereja Santa Theresia - Jakarta Pusat (Tanggal 5 Agustus 2008 s.d 23 September 2008)

Minggu, September 14, 2008

ULANG TAHUN KE 40 PAROKI KRISTUS SALVATOR, SLIPI - JAKARTA


Pada tanggal 13 September 2008 telah diselenggarakan perayaan Ekaristi pesta puncak Hari Ulang Tahun ke-40 Paroki Kristus Salvator jam 16.30 - 18.15.

Selesai perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan acara pemberian penghargaan kepada para umat yang berjasa dalam pengabdian di paroki dengan kriteria tertentu oleh panitia penghargaan. Tercatat 18 umat yang mendapatkan penghargaan dimaksud. Selamat ya kepada Bapak/Ibu semua yang mendapatkannya.

Terakhir adalah acara makan malam bersama dan penyerahan hadiah lomba olah raga dan kebersamaan yang diselingi dengan pembagian DOOR PRIZE.

Download susunan acara, click di sini.

Demikian dilaporkan.
(Andreas Andy S.)


Berikut ini cuplikan rekaman video suasana perayaan ulang tahun ke 40 Paroki Kristus Salvator.

VIDEO-1



VIDEO-2

HATI SEBAGAI HAMBA



Topik ini adalah kiriman dari teman kita, Loly, yang diperoleh dari mengikuti seminar pada bulan Juni 2008 di Shekinah-Jakarta yang dibawakan oleh Bapak Benyamin Ratu.

Membaca dari tulisan terlampir di bawah ini, Topik “Hati Sebagai Hamba” ingin memberikan pengetahuan dan pemahaman terkait dengan hal-hal yang perlu disadari sebagai pelayan Tuhan atau dalam melayani Tuhan atau pelayanan.

Melayani Tuhan atau seorang pelayan Tuhan harus memiliki kesadaran dan mempunyai komitmen akan hal-hal diantaranya sebagai berikut:

1. Kerelaan diri menjadi pelayan atas orang lain
2. Mau melepaskan hak individunya/kehendak bebasnya
3. Perilakunya yang benar sesuai dengan perkataannya dan rendah hati
4. Mengerjakan pekerjaan Tuhan tanpa pamrih dalam bentuk apapun
5. Siap menderita karena tugas dan tanggung jawab pelayanannya
6. Mengerjakan pekerjaan Tuhan dalam kekudusan

Salah satu paragraf dari tulisan tersebut yang mungkin dapat menjadi renungan bagi kita adalah:

“Ketika kita mulai belajar untuk menjadi pelayan atas orang lain, mulanya memang kita dengan sukacita menerima dan melakukannya. Namun bila kerelaan itu memudar atau menghilang dari diri kita, maka kita akan berpikir bahwa sepantasnyalah kita yang harus dilayani, karena kita telah menghasilkan prestasi yang luar biasa di dalam pelayanan.”


Selamat membaca dan merenungkannya !
Andreas Andy S.

Download “Hati Sebagai Hamba”, click di sini

Jumat, September 05, 2008

BELAJAR UNTUK MENGATAKAN “TIDAK”… AGAR ANDA DAPAT MENGATAKAN “YA” YANG LEBIH BESAR KEPADA HIDUP!



Orang Yang Menyusahkan Akan Mengajar Anda Bagaimana Membangun Batasan-batasan Anda


Jika Anda adalah seorang yang sangat membutuhkan pengakuan dari orang lain atau seorang yang selalu ingin menyenangkan orang lain seperti saya, saya menulis ini secara khusus bagi Anda.

Anda lihat, saya adalah seorang yang tidak suka mengatakan “Tidak”.

Untuk waktu yang sangat lama, kata itu bahkan tidak terdapat dalam perbendaharaan kata saya.

Selama bertahun-tahun, saya tidak pernah menunjukkan kemarahan saya kepada siapapun. Setelah tersenyum bertahun-tahun, bahkan ketika saya tersinggung, saya sampai pada satu titik dimana saya bahkan tidak lagi merasakan kemarahan. Saya hanya menepis itu dari hidup saya.
(Percaya deh, hal ini membuat saya berpikir saya begitu kudus. Tidak menyadari bahwa jauh dalam diri saya, saya sangat kacau secara emosional.)

Saya mempunyai ketergantungan akan pengakuan yang sangat kuat, yang mengatur setiap keputusan yang saya buat.

Mengapa? Karena saya sangat ingin orang menyukai saya.

Ketika seseorang tidak menyukai saya, saya merasa sangat susah.

Saya tidak mencintai diri saya sendiri.

Saya mempunyai harga diri yang sangat rendah dan buruk sekali.

Karena itu saya mencoba untuk menyenangkan semua orang dalam segala cara.

Saya membenci semua jenis konflik.

Oh ya, saya dulu sangat kacau.

Dan salah satu cara untuk membuat orang lain mengasihi saya adalah dengan selalu mengatakan “Ya”.

Saya tidak pernah tahu dengan mengatakan “Ya” setiap saat sebenarnya sama dengan mengatakan “Tidak” kepada suatu hidup yang berkelimpahan.

Maka saya mentolerir semua orang yang menyusahkan dan vampir emosional di planet ini: Orang-orang aneh yang ingin memegang kendali. Ratu-ratu drama. Kasus-kasus yang tidak logis. Orang-orang yang selalu marah. Orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Orang-orang yang hiper-sensitif. Para parasit yang posesif. Anda sebut orang yang menyusahkan, saya akan menyenangkan setiap mereka – hanya
untuk menjaga kedamaian. Tapi damai yang keliru harus dibayar dengan suatu harga: saya membuang kedamaian hati saya. Rasa hormat terhadap diri sendiri. Harga diri saya.

Saya akan ceritakan sebuah kisah pada Anda…


Bangun Batasan-batasan Anda – Agar Anda Dapat Menyambut Orang Lain Sebagai Tamu
Melalui Pintu Gerbang, Bukan Pencuri Yang Berlari Mengamuk Ke Dalam Hidup Anda


Billy (bukan nama sebenarnya) adalah seorang teman yang mengundang saya untuk menjadi seorang rekan bisnis dalam salah satu perusahaannya.

Tapi ia mempunyai satu kelemahan: Dia adalah seorang yang ingin mengendalikan. Ia ingin mengendalikan saya. Ia ingin mengendalikan semua orang. Termasuk matahari dan bulan dan bintang. Untuk sementara, saya bisa menerimanya. Saya menganggapnya sebagai salah satu hal yang tidak menyenangkan dalam hidup, seperti jalinan
kemacetan Manila, kelembaban Filipin, dan alergi saya terhadap udang.

Tapi bekerja dengan Billy sangatlah membuat stres.

Saya tidak ingin mengakuinya. “Tapi dia adalah teman saya,” saya katakan pada diri sendiri setiap kali saya merasa stres. Saya menyangkalnya. Ketergantungan saya akan pengakuan tengah membutakan saya pada kenyataan bahwa bekerja bersamanya membuat saya tidak waras.

Namun suatu hari, saya harus mengatakan “Tidak” dan membangun batasan-batasan pribadi saya. Banyak kali saya membiarkan dia menginjak-injak pagar saya. Saya harus memperbaiki batasan-batasan saya dan melindungi diri saya.

Hal itu sangat menyakitkan, tapi saya tahu hanya ada satu jalan keluar. Maka suatu hari, saya mengatakan pada Billy bahwa meskipun saya ingin tetap berteman, saya ingin keluar dari kerjasama bisnis kami.

Ia tidak dapat menerima hal itu. Maka sejak hari itu, ia tidak pernah berbicara pada saya lagi. Hal itu menyakitkan karena persahabatan kami berakhir.

Tapi saya langsung tahu saya telah melakukan sesuatu yang benar karena saya merasakan kedamaian hati hari itu. Ketergantungan akan pengakuan saya disingkirkan. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, saya menciptakan sebuah konflik. Dengan menghormati diri saya sendiri dan garis batasan saya, saya sedang bertumbuh dalam kekuatan diri.

Hari itu, saya akhirnya mencintai diri saya sendiri.

Hari ini, relasi-relasi saya lebih kaya.

Karena batasan-batasan saya utuh, orang-orang yang datang dalam hidup saya adalah para tamu yang diundang yang masuk melalui pintu gerbang (saya membukanya dengan sengaja bagi mereka), bukan pencuri yang lari mengamuk ke dalam hidup saya.

Ketika Anda mengatakan “Tidak” pada situasi yang tepat, Anda sedang mengatakan sebuah “Ya” yang lebih besar kepada hidup.


Kebenaran: Orang Akan Melakukan Apa Yang Anda Toleransikan


Ijinkan saya mengajukan pertanyaan ini: Adakah orang-orang dalam hidup Anda yang kepada mereka Anda harus mengatakan “Tidak”? Adakah orang-orang yang menyusahkan dalam hidup Anda yang telah menabrak gerbang dan berlari mengamuk ke dalam hidup Anda?

Ingat: Anda mengajar orang lain bagaimana memperlakukan Anda.

Jika orang tersebut melecehkan Anda, atau menghancurkan batasan-batasan Anda, itu berarti Anda mengajar orang itu bahwa apa yang dilakukannya adalah wajar. Anda mentoleransi. Dan orang lain akan melakukan apa yang Anda toleransikan.

Solusinya mungkin tidak dengan mengakhiri relasi (meskipun terkadang, itu adalah solusinya), tapi hanya untuk sekedar mengatakan “Tidak” pada situasi tertentu dimana orang itu melintasi garis batasan Anda.

Nyatakan kembali diri Anda.

Jangan biarkan orang lain menghancurkan Anda.

Tuhan mencintai Anda. Tuhan menciptakan Anda sebagai anakNya. Tuhan
ingin Anda bahagia.

Karena itu berbahagialah.


Semoga impian Anda menjadi kenyataan,

Bo Sanchez

Terjemahan oleh : Jessica J. Pangestu
Sumber: Milis Bo Sanchez

Kiriman dari: Andreas Andy S. (Paroki Kristus Salvator, Jakarta)

Chat on MSN, YAHOO, AIM with eBuddy